Bhumi Kasuryan

Tanah yang bermandikan sinar mentari. Bhumi Kasuryan. Nama yang menurutku indah sekali, nama yang menjanjikan hangatnya sinar matahari. Imajinasiku akan kata “kasuryan” membawaku ke rimbunnya pehononan di pagi hari yang perlahan-lahan mulai disinari matahari. Berkas-berkas sinar menyusup di antara dedaunan dan membuat embun-embun berkilauan bagai mutiara di antara daun dan rerumputan.

 

WhatsApp Image 2020-01-17 at 19.19.02

Garden Homestay

Bhumi Kasuryan, itulah nama homestay tempat kami bermalam ketika libur beberapa saat yang lalu. Terletak di dusun Jowahan, Borobudur. Berjarak kurang lebih satu kilo meter saja dari  Candi Borobudur. Puncak Borobudur tampak jelas berdiri megah dari homestay ini. Meskipun hanya berjarak 1,1 kilometer (jika ditarik garis lurus), namun Bhumi Kasuryan bukan berada di pusat keramaian wisata. Ia terletak di tengah areal persawahaan sehingga ketenangan dan kedamaian terasa benar. Bahkan dari teras kamar kita bisa ongkang-ongkang di atas hamparan sawah sambil menikmati agungnya Merapi & Merbabu diiringi matahari terbit dari ufuk timur. Kasuryan!!

Continue reading

Was vs Am

Sebagai pembuka era baru dalam ngeblog, saya coba menghighlights perkembangan atau perubahan apa saja yang telah terjadi selama ini. Sebagai tolok ukur adalah awal 2013, sebelum blog ini sekarat, dibandingkan awal 2020.

Tak terasa sudah tujuh tahun blog ini hidup segan mati tak mau, ada banyak perubahan terjadi. Berikut adalah perkembangan besar dibandingkan tujuh tahun lalu. I was vs I am

Obesitas vs Overweight

Awal tahun 2013 tubuh saya masih cukup tambun, bahkan puncaknya pernah mencapai 120 kg. Sekarang belum ideal memang, namun sudah berubah cukup significant. Dari yang sebelumnya obesitas kelas III sekarang berada pada posisi overweight yang tidak over-over banget. Ukuran kemeja pernah mencapai XXXL, sekarang berkisar M atau L. Namun 2 bulan terakhir kok rasanya baju mulai menyempit ya? Mesti minum jamu jarak lagi nih!

Obesitas Kelas III vs Overweight

Continue reading

I’m Back

Desember 2016, tepatnya tanggal 19, terakhir kali aku mengupdate blog ini. Sudah tiga tahun lebih. Saatnya kembali [mencoba untuk] aktif. Meskipun update terakhir Desember 2016, sebenarnya blog ini sudah cukup lama pingsan, hidup segan mati tak mau. Desember 2016 hanya ada 2 tulisan, sebelum itu hanya ada 2 tulisan pada pertengahan tahun 2014, bulan Mei dan Juni. Sebelum 2 tulisan tersebut, update kulakukan pada Jan 2013. Boleh dibilang Jan 2013 adalah periode terakhir aku cukup rajin mengupdate blog ini. Seingatku setelah pindah kantor ke Jakarta lagi pada bulan Maret 2013, boleh dibilang aku mulai jarang memperbaharui blog ini.

Trigger untuk merawat lagi blog yang sudah sekian lama aku tinggalkan berawal dari comments ketika Pak royhekekire.com mengumumkan blog barunya di Facebook. Sungguh aku merasa malu, dengan alasan klasik tidak punya waktu lah… sibuk lah… dan sederet alasan lain.
Aku tahu benar Pak Roy jauh lebih sibuk dari pada aku dengan tanggung jawab yang jauh lebih besar pula. Beliau saja bisa cukup aktif mengupdate blognya, masa aku tidak bisa. Sebenarnya keinginan untuk mengupdate lagi telah cukup lama muncul, namun aku selalu menyerah pada alasan-alasan klasik di atas.

Semoga aku bisa cukup konsisten untuk mengupdate blog ini, dan mencoba tips dari superblogger.id agar minimal memposting 2 tulisan per minggu.

Salam

Yogyakarta, 5 Januari 2019

Ibu Tindak Bali

Ibu Tindak Bali. Ibu pergi ke Bali.

 

Bagi sebagian teman, Bali adalah tujuan wisata yang sudah sangat biasa dikunjungi, bahkan mungkin sudah bosan. Tapi tidak untuk Victoria Suprihatin, ibuku. Dia baru menginjakkan kaki di Bali di usianya yang telah lebih dari tujuh satu puluh tahun. Beberapa hari yang lalu, akhirnya beliau bisa mengunjungi Bali, Pulau Dewata yang menjadi impiannya semasa aku masih kecil.

 

Beberapa bulan yang lalu, Ibu mengajak untuk liburan keluarga bersama ke Bali. Liburan keluarga pertama setelah sekian puluh tahun keluargaku tidak melakukannya. Seingatku liburan keluarga kami terakhir ketika aku masih SD. Tujuannya pun aku sudah tidak ingat dengan jelas, antara Kebun Binatang Gembira Loka, Pantai Parang Tritis, Kaliurang di lereng Merapi, atau Baturaden/Jatijajar di Banyumas. It’s long time ago.

Tanpa panjang pikir, aku langsung meng-iya-kan ajakan Ibu. Kebetulan kakakku, istri dan anaknya juga sudah libur pada tanggal yang ditentukan. Ini adalah liburan keluarga pertama dengan formasi keluarga saat ini. Ibu, kedua anaknya beserta kedua menantu, serta seorang cucu.

 

Ajakan Ibu ke Bali, mau tak mau menyeretku pada kenangan berpuluh tahun lalu.

Continue reading

Victoria Suprihatin

Victoria Suprihatin namanya. Ya Suprihatin. Nama yang sangat jelas menggambarkan dalam kondisi seperti apa ia dilahirkan. Kondisi yang berbeda tentunya dengan nama Astuti ataupun Maryati kakak kandungnya. Terlahir sebagai bungsu dari 10 bersaudara, ia tidak sempat mengenal ayah kandungnya. Sang ayah meninggal ketika Suprihatin masih bayi. Ia lahir pada tahun 1945 sehingga pada masa revolusi fisik ia turut merasakan lari dari kota dan mengungsi dengan digendong kakak-kakanya ke lereng-lereng gunung Merapi .

Ketika lulus SMP Suprihatin muda meneruskan pendidikan di sekolah perawat. Bukan karena ingin jadi perawat. Semata-mata mencari ikatan dinas dan asrama agar terlepas dari keprihatinan yang terus menyertainya.

Namun keprihatinan-keprihatinan itulah yang telah menempa Suprihatin menjadi pribadi dengan tekad seteguh karang dan hati seluas samudra. Segala halangan dihadapinya dengan tabah. Ketika pria pilihannya tidak disukai oleh ibu dan kakak-kakaknya, dia tetap bertahan. Segala sindiran dan cemoohan diterimanya dengan lapang dada. Untunglah setelah bekerja dan berkeluarga, kehidupannya mulai mapan meskipun tidak berlebih. Cukup untuk hidup secara sederhana. Dan berkat kesabarannya pula, akhirnya sang suami dapat diterima oleh ibu dan kakak-kakaknya. Continue reading

Virtual Crime

Berhati-hatilah terhadap orang yang baru saja Anda kenal di dunia maya. Bisa jadi kita menjadi korban penipuan atau pemerasan. Seperti yang baru saja aku alami.

Keinginan untuk memperluas silaturahmi seyogyanya diikuti dengan kewaspadaan tingkat tinggi.

Kita yang familiar di dunia maya, harus selalu sadar bahwa untuk setiap aktivitas kita, akan meninggalkan jejak virtual yang bisa disalah gunakan oleh siapa pun yang berkehendak jahat. Kita harus sadar bahwa account fiktif sangat mudah dibuat dan disalahgunakan. Sekedar pura-pura menjadi teman, kemudian cerita mengharu biru sehingga kita jatuh iba dan ujung-ujungnya minta bantuan dana.

Atau sedikit lebih “canggih” dengan harapan dapat memeras lebih banyak, bukan sekedar mengharapkan iba.

Continue reading

Pelajaran Sejarah

Satu tahun empat bulan satu hari…
Sudah lama sekali blog ini aku tinggalkan, lumutan dan berkarat.

Saat ini aku kembali ditempatkan di Jakarta, dengan segala kesibukan dan kemacetannya. Alasan klise untuk tidak meng-update blog ini. Namun, sesungguhnya bukan itu yang menyebabkan sekian lama blog ini terbengkalai. Aku kehilangan passion untuk menulis. Uh… dasar blogger KW3.

Untuk sekarang pun, yang aku posting bukan tulisanku. Ini adalah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, dengan judul seperti tertulis dalam judul tulisan ini. Pelajaran Sejarah. Cerpen ini ada dalam kumpulan cerpen SGA yang berjudul Saksi Mata.

Di penghujung bulan Mei ini, mungkin saat yang tepat untuk mengajak anak-anak untuk belajar sejarah di Semanggi, Trisakti, Glodok, Cawang, serta sudut-sudt lain Jakarta … dan merasakan getaran yang ada di sana

Continue reading